LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
IV
PENGARUH
POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR
NAMA : SYAHRIL
NIM :
H41112261
KELOMPOK : VI (ENAM) A
HARI/TANGGAL : KAMIS/ 21 MARET 2013
ASISTEN : HASPIATI SOFIAN
NUR ONAYANTI

LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Polusi
domestic atau polusi akibat aktifitas rumah tangga yang dapat berupa sampah,
sisa makanan, sabun, deterjen dan bahan tinja, dimana bahan ini mudah diuraikan
oleh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat
pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan berbagai macam cara,
misalnanya berdasarkan kejernihan air, kandungan O2 terlarut,
kebutuhan O2 oleh mikroba ( BOD = Biologi Oxy- gen Demend) dan
proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organic didalam air (Umar, 2013).
Air limbah domestik yang langsung dibuang ke dalam
ekosistem perairan tersebut, umumnya akan mempengaruhi air yang ada pada
ekosistem penerimanya, bahkan pada akhirnya akan berakibat pada berubahnya
komposisi kandungan zat yang ada di dalamnya atau dengan kata lain akan
mengakibatkan terjadinya pencemaran pada ekosistem perairan penerimanya.Di lain
pihak air yang telah digunakan untuk keperluan rumah tangga (domestik) tersebut
yang biasa disebut sebagai air limbah rumah tangga atau limbah domestik, pada
umumnya langsung dibuang ke dalam ekosistem perairan dengan tidak mengalami
pengolahan terlebih dahulu. Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya
perubahan kualitas air adalah semakin banyaknya penggunaan air untuk keperluan
rumah tangga, sebagai akibat meningkat pesatnya jumlah penduduk.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini adalah :
1. Untuk
mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan
methylen blue
2. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan
Yang berhubungan dengan pencemaran
lingkungan.
I.3. Waktu
dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 Maret 2013 pukul 14.30-16.30 WITA,
bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air sangat penting bagi kehidupan, baik untuk
proses-proses yang terjadi di dalam tubuh maupun untuk berbagai kegiatan yang
menunjang kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, air digunakan untuk berbagai
kebutuhan seperti minum, mandi, mencuci, memasak, kegiatan pertanian,
perternakan, perindustrian dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun karena air
merupakan barang milik bersama, maka penggunaannya seringkali tidak bijaksana.
Adanya penggunaan air yang tidak bijaksana tersebut pada akhirnya dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas baik dari aspek kimia, aspek fisika
maupun aspek biologi.
Pengertian lingkungan hidup mencakup lingkungan
hidup manusia, hewan dan tumbuhan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23/1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa “lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan bahkan mahluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteran manusia serta mahluk hidup lainnya”.Berdasarkan pengertian tersebut
penyusun utama lingkungan hidup dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama.
Pertama, komponen abiotik yaitu segala sesuatu yang berada disekitar
manusia berbentuk benda mati mencakup unsure fisik dan kimia. Kedua, komponen
biotik yaitu segala sesuatu yang berada disekitar manusia mencakup
organisme hidup selain manusia itu sendiri. Ketiga, komponen sosial budaya
yaitu aspek kehidupan manusia mencakup demografi, kesehatan masyarakat dan
ekonomi (Amsyari, 1977).
Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukkannya. Industrialisasi dan
urbanisasi
telah membawa dampak pada lingkungan. Pembuangan limbah industri dan domestik
ke badan air merupakan penyebab utama polusi air. Pencemaran air didefinisikan sebagai
pembuangan substansi dengan karakteristik dan jumlah yang menyebabkan estetika,
bau, dan rasa menjadi terganggu dan atau menimbulkan potensi kontaminasi
(Suripin, 2002).
Penyebab pencemaran air berdasarkan
sumbernya secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung
dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri,
TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung
yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer
berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas
pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal
dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran air
dapat juga digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian (Suriawiria,
1996).
Pada umunya air yang tercemar
mempunyai kandungan O2 sangat rendah, hal ini disebabkan oleh
oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk degradasi bahan
buangan organic sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa atau terjadi bahan
yang mudah menguap. Reaksi umum dari proses penguraian bahan organik dalam air
yang membutuhkan oksigen (Umar, 2013) sbb:
a. Oksidasi
bahan organik :
b.
Sintesis Sel
c.
Oksidasi Sel
Reaksi tersebut
membutuhkan berkisar 10-20 hari pada suhu 20oC, dalam 2 hari
kemungkinan besar reaksi sudah mencapai 50% dan pada hari kelima reaksi sudah
mencapai 75% bahan terdegradasi, ini tergantung dari kerja mikroorganisme dan
jumlah oksigen terlarut. Semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan
organik makin cepat kandungan O2 dalam air habis sehingga dikatakan
bahwa kestabilan relatif dari air tadi rendah. Kestabilan relatif air dapat
menunjukkan perkiraan nilai BOD dalam air. Salah satu cara yang paling
sederhana untuk mengetahui kestabilan relatif air adalah dengan menggunakan zat
indikator yaitu Bromtimol Biru/Methylen blue yang akan berwarna biru selama
masih ada O2 yang terlarut dalam air dan akan berubah warnanya
apabila O2 terlarut dalam air habis menjadi kuning kejernihan atau
jernih.
Penggunaan air untuk kegiatan pada
perumahan akan mengubah komposisi air tersebut. Air yang telah digunakan
tersebut mengandung ekskresi manusia dalam bentuk solid maupun cairan, sisa
makanan, air cucian, sisa kertas, rambut, potongan kain dan sampah. Air limbah
domestik menjadi dua bagian, air limbah domestik dari air cucian seperti sabun,
deterjen, minyak dan lemak serta shampo; dan air limbah domestik yang berasal
dari kakus seperti tinja dan air seni. Air limbah domestik mengandung 90% cairan.
Zat yang terkandung dalam air buangan tersebut berupa unsur organik tersuspensi
maupun terlarut, unsur anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut akan
mencerminkan kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimiawi maupun biologi.
Parameter air limbah yang dianalisa pada penelitian ini adalah parameter umum
seperti suhu, warna dan bau serta parameter parameter utama dengan acuan Kepmen
LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik, PPRI No. 82/2001
tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga serta Jawa
Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di
Jawa Barat yakni derajat keasaman (pH), kebutuhan oksigen biologis (BOD),
minyak dan lemak dan deterjen (Cordova, 2008).
1. Suhu
Suhu pada air
dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam
hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran serta kedalaman badan air Perubahan
suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi pada suatu perairan.
Perubahan tersebut mempengaruhi aktifitas mikrobial, solubilitas gas dan
viskositas. Peningkatan suhu akan meningkatkan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi dan volatilisasi. Sebagian besar proses fisik, biologi dan karakter
kimia pada air permukaan dipengaruhi oleh temperatur. Peningkatan suhu
berkorelasi positif dengan
proses kimia yang terjadi pada air,
peningkatan suhu juga dapat membahayakan biota air. Peningkatan suhu
menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, seperti gas O2, CO2, N2 dan CH4.
2. Warna
Warna air dikelompokan menjadi dua, warna
sesungguhnya (true color) yang disebabkan oleh bahan kimia terlarut dan
warna tampak (apparent color) yang disebabkan tidak hanya oleh
bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi. Warna perairan ditimbulkan
oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton,
humus dan ion-ion logam. warna perairan didominasi oleh jenis bahan organik
yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tanaman yang membusuk.
3.
Bau
Bau atau aroma dipengaruhi oleh keberadaan senyawa organic
maupun anorganik yang berasal dari limbah domestik, limbah industri dan bahan
alami seperti dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Bau sangat berpengaruh
dalam penentuan perairan sebagai penyedia air minum, tempat rekreasi dan keindahan.
Bau dan rasa disebabkan oleh adanya bahan organik atau bahan kimia yang mudah
menguap. Bau dapat menunjukan apakah suatu air limbah masih baru atau telah
mengalami pembusukan.
Parameter-parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas
air meliputi (Sasongko, 2006) :
1.
Sifat fisik
Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas
air adalah kekeruhan (turbiditas), suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan
tersuspensi, padatan terlarut dan daya hantar listrik (DHL).
2.
Sifat kimia
Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang
menentukan kualitas air adalah pH, konsentrasi dari zat-zat kalium, magnesium, dll.
3.
Sifat biologis
Organisme dalam suatu perairan dapat dijadikan
indikator pencemaran suatu lingkungan perairan, misalnya bakteri, ganggang, benthos,
plankton, dan ikan tertentu.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV. Hasil
Tabel
Pengamatan
|
Hari
|
Air Laut Malam
|
Air Laut
Pagi
|
Air
Selokan
|
Air
PAM
|
Air
Sumur
|
Air
Kolam
|
Air Sungai
|
Air
Danau
|
|
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
2
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
|
|
3
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
|
|
4
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
|
|
5
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
|
|
6
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
|
|
7
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
++
|
-
|
+
|
|
|
8
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
++
|
-
|
+
|
|
|
9
|
-
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
++
|
-
|
+
|
|
|
10
|
-
|
+
|
+++
|
+
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
|
|
11
|
-
|
+
|
+++
|
+
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
|
|
12
|
-
|
+
|
+++
|
+
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
|
Keterangan
:
-
=
Biru
+ = jernih kebiruan
++ = jernih
+++ = jernih sekali
VI. Pembahasan
Polusi
domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah,
sisa makanan, sabun, deterjen, dan bahan tinja, di mana bahan ini mudah
diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air.
Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan bermacam-macam cara,
misalnya berdasarkan: kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh
mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand), dan proses kimiawi lainnya dalam
penguraian bahan organik di dalam air.
Berdasarkan data hasil percobaan dapat dilihat bahwa pengamatan
terhadap air sungai dan air laut yang telah diberi larutan metylen blue,
ternyata tidak mengalami perubahan selama 12 hari pengamatan. Jika kita teliti lagi, hal ini tidak
sesuai dengan kenyataan, karena jika kita perhatikan air sungai dan air laut
sangat tercemar. Hal ini terjadi mungkin saja ksalahan pada saat meode
percobaan pada saat penutupan pada
botol sampel, dimana seharusnya penutup dari plastik itu harus diikat secara
rapat agar tidak ada udara yang masuk. Namun, hal ini bisa juga disebabkan
karena kedua air tersebut memang belum tercemar.
Pada
air selokan dan air kolam terjadi
perubahannya
sangat signifikan, yaitu pada air selokan berubah menjadi jernih pada hari
kelima dan air kolam berubah warna pada hari ketujuh. Kemudian keduanya berubah
menjadi sangat jernih pada hari ke-10 dan hari ke-11. Hal ini sudah jelas disebabkan oleh pencemaran pada air tesebut
sudah sangat tinggi, karna tidak ada lagi kandungan oksigen dalam air tersebut. Kekurangan
oksigen ini terjadi karena banyaknya bakteri yang ada di dalam air sehingga
oksigennya habis.
Pada
air laut pagi yang telah ditambahkan metylen blue mengalami perubahan warna
pada hari ke-3 menjadi berwarna jernih kebiruan dan pada air danau perubahannya
terjadi pada hari ke-5. Pada hari ke-12 tetap berwarna jernih kebiruan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa air laut pagi dan air danau juga sudah tercemar, meskipun
tingkat pencemarannya tidak sebanding
dengan air selokan dan air kolam.
Pada
air PAM dan air sumur, perubahan warna airnya tidak terlalu
signifikan. Organisme berupa bakteri atau organisme mikro lainnya
tidak terlalu banyak yang terkandung pada kedua jenis air tersebut dibandingkan
dengan air selokan, air kolam, air danau, dan air laut pagi. Kedua jenis air
ini memiliki tingkat BOD yang tinggi sehingga masih layak untuk dikonsumsi.
Penyebab pencemaran air
berdasarkan sumbernya secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan
langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari
industri, TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak
langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau
atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari
aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida. Penyebab pencemaran air dapat
juga digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian.
Dari pengamatan ini air selokan dan air kolam merupakan
hasil langsung dari limba industria rumah tangga sehingga memiliki BOD yang
rendah dan sangat tercemar.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Larutan indikator metylen blue dapat menunjukkan nilai BOD
suatu jenis air dan tingkat kestabilan relatif dari air yang diamati dengan cara mengamati perubahan warna yang terjadi pada
air. Jika warna air berubah menjadi bening berarti kandungan oksigen dalam air
tersebut rendah dan tercemar, begitu juga sebaliknya.
2.
Pada percobaan ini menggunakan pelastik
gula dan karet gelang untuk menutup bagian permukaan dari botol. Penutupan
harus rapat sampai tidak ada gelembung udara yang tersimpan di dalamnya.
V.2 Saran
Sebaiknya
asisten terus membimbing praktikannya untuk melakukan percobaan, agar tidak
terjadi kesalahan pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Amsyari, F.
1977. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Cordova, Reza.
2008. kajian air limbah domestik di
perumnas bantar kemang, kota bogor dan pengaruhnya pada sungai ciliwung. Diakses pada tanggal 30 Maret 2013, pukul
18.00 WITA.
Sasongko, Aris.
2006. kontribusi air limbah domestic penduduk di sekitar sungai tuk terhadap
kualitas air sungai kaligarang serta upaya penanganannya. Diakses pada tanggal 30 Maret 2013, pukul
18.00 WITA.
Suriawiria,
Unus. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Diakses pada tanggal 30 Maret 2013, pukul
18.00 WITA.
Suripin.
2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Umar, R., 2013. Penuntun
Praktikum Ekologi Umum. Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum adalah 8 akua berukuran sedang dan gunting atau
silet.
III.2 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum adalah air laut malam jam 12, air laut pagi jam
6, air danau, air selokan, air PAM, air kolam, air sumur, plastic gula, karet
gelang dan kertas label.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah
:
1. Masing –masing botol BOD diberi
label A, B, C, D.
2. Kemudian masing-masing
Erlenmeyer/botol diisi dengan air
selokan, air danau, air kolam, air PAM, air sumur, air laut malam jam 12, dan
air laut pagi jam 6. Pengisiannya harus sampai penuh dan dilakukan secara
hati-hati, jangan sampai mengandung gelembung air.
3. Sebelum ditutup tambahkan dulu
kedalam masing-masing Erlenmeyer larutan methylen blue dengan menggunakan
syringe secukupnya.
4. Tutuplah dengan hati-hati
Erlenmeyer/ botol tersebut , usahakan jangan ada gelembung udara di dalam
botol.
5. Simpanlah Erlenmeyer / botol tadi
dalam incubator atau tempat gelap dan amati perubahan warnanya setiap 24 jam. Lakukanlah sampai
hampir semua sampel berubah warna ( 12 hari).
6. Buatlah laporan hasil pengamatan dan
tentukan kestabilan relative air pada
masing-masing
sampel.


